Info
RINGKASAN KEGIATAN
IN HOUSE TRAINING PENYULUHAN BAGI ANGGOTA MANGGALA AGNI TAHUN 2013
HOTEL BRAJA MUSTIKA, 1-5 APRIL 2013
Paradigma lama penyuluhan yang banyak dipahami oleh khalayak umum adalah kegiatan mengumpulkan masyarakat di suatu tempat kemudian memberikan presentasi tentang suatu kegiatan ataupun peraturan. Paradigma lama tersebut ternyata tidak banyak berhasil untuk memecahkan masalah yang ada terkait dengan konservasi khususnya pengendalian kebakaran hutan.
Masyarakat menjadi objek terpisah dari petugas (Manggala Agni, Polhut) yang diposisikan menjadi penyebab masalah dan harus dirubah perilakunya. Proses yang selama ini dilaksanakan oleh petugas dilakukan dengan model top-down tanpa menyelami “fakta” yang terjadi dalam masyarakat. Seringkali yang disimpulkan oleh petugas lebih kepada “persepsi” dan bukan “fakta” dalam masyarakat sehingga model solusi yang ditawarkan lebih berdasar kepada simpulan persepsi bukan solusi fakta yang tentunya tidak tepat sasaran dan tidak menyelesaikan masalah.
Kesadaran tersebut menjadi dasar penting Direktorat Pengendalian kebakaran Hutan untuk melaksanakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota Manggala Agni melalui kegiatan In House Training Penyuluhan Bagi Anggota Manggala Agni. Untuk tahun 2013, Direktorat PKH memprioritaskan 34 orang peserta yang terdiri dari 1 orang Komandan Regu dan 1 orang anggota (dalam satu Daops) dari provinsi yang dianggap rawan kebakaran hutan dan lahan (dengan kriteria banyaknya hotspot dan kejadian kebakaran hutan dan lahan) meliputi Provinsi Kalimantan Barat (Daops Ketapang, Pontianak, Taman Nasional Danau Sentarum), Kalimantan Tengah (Daops Kapuas, Palangkaraya), Riau (Daops Siak, Dumai, Rengat), Jambi (Daops Jambi Kota, Muara Bulian, Tebo), Sumatera Selatan (Daops OKI, Banyu Asin, Musi Banyu Asin, Lahat).
Foto 1.Metode pembelajaran dalam In House Training Penyuluhan
Kegiatan In House Training dilaksanakan selama 4 hari fullboard mulai tanggal 1–5 April 2013 di Hotel Braja Mustika Bogor. Training melibatkan fasilitator dari i-i Network (LSM pemberdayaan masyarakat yang berpengalaman mendampingi masyarakat di Taman Nasional Bali Barat) dan dari Dit.
Metode pembelajaran dalam training ini menjadi sangat menarik karena instruktur bertindak sebagai fasilitator dan peserta dengan pengalaman lapangan masing-masing dirangsang untuk berpikir dan menyimpulkan bersama-sama dengan berdiskusi mengenai masyarakat (pengertian, faktor yang membentuk, dan unsur-unsur sosial dalam masyarakat).
Pada hari kedua, setelah semua peserta memahami tentang masyarakat dan semua unsur-unsurnya, instruktur mengarahkan setiap peserta untuk menggali pengetahuan tentang fasilitator dalam masyarakat. Sebagian besar peserta sebenarnya sudah mempunyai pengalaman menjadi fasilitator, namun demikian banyak hal yang seringkali terlupakan bahkan tidak dilakukan sebagai fasilitator yang berhasil terutama saat memposisikan diri sebagai petugas kehutanan. Keberhasilan proses menjalin pertemanan dengan masyarakat sangat menentukan penyimpulan fakta masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Proses pertemanan dengan masyarakat membutuhkan kreatifitas dari fasilitator. Kemampuan beradaptasi dengan norma yang berlaku dan bagaimana menonjolkan ketulusan dan keramahan sangat penting agar dapat diterima oleh masyarakat.
Hari ketiga, peserta ditargetkan dapat mempertajam indera dan pemikiran dalam observasi. Observasi menjadi sangat penting ketika menghadapi lingkungan baru dan tuntutan untuk memperoleh fakta dalam waktu singkat. Dalam sesi ini, peserta dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar dan melakukan praktek observasi (resources dan norma) dengan melihat lingkungan yang dikunjungi serta membuat data fakta-fakta apa saja yang ditemukan di lapangan. Setelah melakukan praktek ini, setiap kelompok melakukan presentasi data yang telah didapatkan. Dalam presentasi inilah terungkap ketajaman observasi dari setiap kelompok dalam menyimpulkan apakah data tersebut fakta atau hanya persepsi yang disimpulan sebagai fakta.
Foto 2.Diskusi kelompok dalam memetakan fakta
Hari keempat, kelompok besar peserta dipecah menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 2 (dua) orang yang terdiri dari komandan regu dan anggotanya untuk melakukan praktek langsung ke masyarakat. Setiap kelompok berusaha mendapatkan fakta permasalahan dalam masyarakat dalam waktu singkat. Kemampuan setiap individu diuji untuk berusaha mendapatkan sebanyak mungkin fakta dalam masyarakat dengan teknik-teknik wawancara dan observasi yang didahului dengan proses menjalin hubungan dengan masyarakat dalam waktu singkat.
Hasil dari praktek lapangan kemudian didiskusikan oleh kelompok besar untuk dijadikan bahan presentasi. Diskusi yang hidup memberikan pencerahan terutama tentang praktek-praktek menjalin hubungan dengan masyarakat, teknik wawancara dan observasi yang dilakukan setiap peserta. Proses memperkenalkan diri agar diterima oleh masyarakat menjadi bahan menarik karena setiap peserta mempunyai teknik yang berbeda. Dari diskusi tersebut, muncul fakta-fakta yang menarik yang dapat diimplementasikan di lapangan setelah kembali ke lokasi daops masing-masing.
Dari evaluasi training yang dilakukan pada saat sesi penutupan, dapat dilihat bahwa peserta sangat tertarik untuk melanjutkan training seri berikutnya. Peserta semakin penasaran dengan proses-proses menjadi fasilitator yang berhasil. Pada akhir setiap sesi training, dilakukan proses survey tertulis dari peserta kepada peserta yang pada hari tersebut dianggap memberikan kontribusi pengetahuan baru. Dari hasil survey tersebut, dilakukan pengumpulan suara pada hari terakhir dan menyimpulkan 3 (tiga) peserta terbaik sebagai berikut :
1 Adi Nofriansah/ Komandan Regu Daops Musi Banyuasin BKSDA Sumatera Selatan
2. Hasanudin/ Anggota Regu Daops Kapuas BKSDA Kalimantan Tengah
3. Ramses Siregar/ Sekretaris Brigdalkarhut MA BKSDA Jambi
Dari training ini, Manggala Agni diharapkan mampu menjadi fasilitator yang dapat diterima oleh masyarakat dan mampu mempertajam observasi dan teknik-teknik wawancara untuk memperoleh fakta terkait dengan permasalah pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam masyarakat. Salam prongi. (Subdit 4 PKH-Ferdi).