Info
RINGKASAN KEGIATAN
In House Training GIS Bagi Anggota Manggala Agni Tahun 2013
Puri Avia Hotel, 22-26 April 2013
Kebutuhan akan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah menjadi tuntutan dalam penilaian kinerja Kementerian Kehutanan. Salah satu kebutuhan data dan informasi di bidang pengendalian kebakaran hutan adalah luasan areal bekas kebakaran. Kerancuan data seringkali terjadi karena keterbatasan sarana dan kemampuan sumberdaya manusia di daops dalam pengukuran luasan areal bekas kebakaran.
Keterbatasan ini menjadi titik tolak untuk melaksanakan In House Training GIS Bagi Anggota Manggala Agni Tahun 2013. Training ini merupakan lanjutan dari training sebelumnya untuk tingkat dasar dan menengah. Training tahun 2013 merupakan training bagi tingkat ahli dengan fokus output peta areal bekas kebakaran hutan dan perhitungan luasannya.
Peserta berjumlah 34 orang yang terdiri dari anggota Manggala Agni dan staf Sekreteriat Brigdalkarhut dari 11 UPT Ditjen PHKA yang sudah biasa bertugas sebagai operator monitoring hotspot. Perubahan komposisi peserta dari peserta tahun 2012 disebabkan karena adanya mutasi dan kondisi kesehatan peserta.
Gambar1. Peserta dan instruktur In House Training GIS bagi Anggota MA Tahun 2013
Instruktur training ini terdiri dari staf dari Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan (Deny Haryanto. A.Md dan Eva Famurianty, S.Hut), staf Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan Direktorat Jenderal Planologi (Dapot Napitupulu, S.Kom dan M. Yazid, S.Hut) dan staf dari Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan (Jati Wisnu Murthy). Instruktur bertugas dalam bentuk tim, sehingga setiap instruktur bertugas mendampingi setiap kelompok selama training.
Hari pertama, kegiatan diisi dengan registrasi dan pada malam harinya dilaksanakan acara pembukaan yang melibatkan semua instruktur, panitia dan jajaran struktural Direktorat PKH. Hari kedua, intruktur memberikan pembahasan tentang Citra MODIS, LANDSAT dan SPOT yang membedahh kelebihan dan kekurangan masing-masing citra. Sesi berikutnya membahas koreksi pada citra yang meliputi : Geometric, Radiometric dan Orthorektifikasi dan Teknik Identifikasi dan Penghitungan Areal Bekas Terbakar. Workshop dimulai dengan melakukan langkah-langkah download data citra baik melalui Indofire, Lapan untuk SPOT dan Glovis untuk LANDSAT.
Hari ketiga, peserta dibagi menjadi 5 kelompok besar untuk melakukan praktek Analisis data Penginderaan Jauh (MODIS/LANDSAT/SPOT) dan Hotspot untuk identifikasi areal bekas kebakaran. Praktek ini membutuhkan waktu yang cukup panjang karena setiap peserta dituntut mengerti setiap langkah pengerjaan dan tuntutan untuk mengerjakan dengan teliti. Dalam setiap praktek, semua instruktur mendampingi kelompok-kelompok peserta, begitu juga dengan peserta yang sudah mampu mengerjakan dengan benar ikut serta memberikan penjelasan bagi peserta yang kurang mengerti.
Gambar2.Pendampingan instruktur kepada peserta
Hari keempat, peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang untuk melakukan kajian studi kasus. Setiap kelompok mengerjakan analisis untuk dua data (MODIS dan SPOT).Studi kasus yang disediakan oleh instruktur terdiri dari 3 kasus (3 tanggal data yang berbeda). Data terdiri dari citra MODIS,SPOT dan hotspot, data yang digunakan dipilih dengan pertimbangan citra yang bagus dan ketersediaan data. Data I terdiri dari data citra MODIS dan SPOT tanggal 28 Januari 2009, data II terdiri dari data citra MODIS dan SPOT tgl 3 Juli 2009, dan data III terdiri dari citra MODIS dan SPOT tanggal 25 November 2009. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasilnya dengan waktu masing-masing kelompok 5-10 menit. Presentasi yang dilakukan berisi proses yang dilakukan, hasil dan kesimpulan serta masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan prosedur.
Prosedur standar yang harus dilakukan oleh setiap peserta mulai dari :
1. Menyiapkan data MODIS dan SPOT yang menjadi objek digitasi
2. Mendownload data hotspot
3. Digitasi daerah bekas kebakaran (minimal 15 lokasi)
4. Bandingkan hasil SPOT dan MODIS
5. Buat peta untuk diexport format JPEG/PNG
6. Menyiapkan presentasi dalam format power point.
Dari hasil presentasi dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta sudah mampu melaksanakan setiap langkah kerja yang menjadi standar. Namun demikian, hasil analisis kelompok menjadi berbeda ketika terdapat justifikasi kelebihan dan kekurangan citra MODIS dan SPOT/LANDSAT. Diskusi terbuka menjadi menarik terhadap kesimpulan-kesimpulan dari kelompok yang melakukan presentasi, terutama pada perbandingan luas hasil analisis menggunakan citra MODIS dan SPOT/LANDSAT. Hal ini menjadi pekerjaan rumah setiap peserta pada saat kembali ke instansi masing-masing untuk membuktikan pendekatan citra yang lebih akurat dengan luasan hasil groundcheck.
Gambar3.Contoh hasil studi kasus peserta
Acara penutupan dilakukan dengan catatan arahan penting dari Direktur PKH agar setiap peserta melaksanakan tupoksinya sesuai dengan kemampuan yang sudah didapatkan selama training yang dilakukan. Hasil analisis peserta menjadi sangat penting untuk pelaporan luas areal kebakaran hutan yang menjadi indikator kinerja Kementerian Kehutanan. Dalam acara penutupan, diumumkan juga 3 (tiga) peserta terbaik menurut penilaian dari instruktur dengan kriteria penilaian berupa hasil, proses dan keuletan peserta yang dinilai setiap hari oleh instruktur. Peserta 3 (tiga) terbaik adalah ;
1. Agung R. Rizal, S. Hut dari Daops Bitung, BKSDA Sulawesi Utara (Terbaik I)
2. Iqbal Tawakkal dari Daops Pangkalan Bun, BKSDA Kalimantan Tengah (Terbaik II)
3. Sam Iksan dari Daops Malili , BBKSA Sulawesi Selatan (Terbaik III)
8 (delapan) orang peserta mendapatkan predikat sangat memuaskan (dengan total nilai di atas 90), 23 (dua puluh tiga) orang mendapatkan predikat memuaskan dan 1 (satu) orang mendapatkan predikat cukup. Harapan besar menjadi tanggung jawab setiap peserta setelah kembali ke instansi masing-masing. Salam Pongi. (Subdit 4, Ferdi).