Info
Kiprah Manggala Agni dalam penanganan bencana alam sudah dimulai semenjak tahun 2004 pada saat terjadi bencana tsunami di Aceh. Kiprah tersebut kemudian terus berlanjut pada bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya, tsunami Pangandaran, bencana meletusnya Gunung Merapi dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah di Indonesia. Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri kehutanan Nomor. P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutanpasal 41, menyebutkan bahwa selain dalam pengendalian kebakaran hutan, Manggala Agni membantu tugas kemanusiaan melalui operasi penyelamatan dan kegiatan sosial. Peran inilah yang akan terus ditingkatkan dengan melakukan peningkatan pengetahuan dan kemampuan personil Manggala Agni dalam pelaksanan operasi penyelamatan (rescue).
Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 373/Menhut-IV/2014 tanggal 11 April 2014 membentuk Tim Rescue Kementerian Kehutanan sebagai antisipasi dan kesiapsiagaan Kementerian Kehutanan dalam penanganan bencana banjir di Provinsi Jakarta. Dalam tim ini, Direktur Jenderal PHKA ditunjuk sebagai penanggung Tim dan Direktur pengendalian Kebakaran Hutan sebagai Ketua Harian. Sebagai tindak lanjut dari surat keputusan tersebut, Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan melakukan training SAR yang diikuti oleh 35 (tiga puluh lima) personil Manggala Agni (terdiri dari anggota Manggala Agni, PEH, POLHUT dan staf) baik yang dibina dalam UPT Pembina Daops Manggala Agni maupun UPT Non-Daops di sekitar Jakarta yang dapat dimobilisasi pada saat terjadi bencana banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Bekerjasama dengan Kantor SAR Jakarta yang mengerahkan 6 (enam) orang instruktur berpengalaman, setiap peserta digembleng fisik, sikap dan pengetahuannya dalam melaksanakan operasi rescue air. Kegiatan yang dibuka langsung oleh Menteri Kehutanan ini, dilaksanakan pada tanggal 5-9 Mei 2014 bertempat di Jakarta untuk pembukaan dan lokasi pembelajaran di Bogor (Hotel Brajamustika dan Danau Situ Gede). Lokasi hotel dengan topografi berbukit, track lari panjang dan kolam renang, dimanfaatkan untuk latihan fisik peserta. Situ Gede dijadikan lokasi praktek simulasi penyelamatan dan penggunaan perahu karet.
Pengetahuan mulai dari pertolongan di air, bantuan hidup dasar, pemeriksaan fisik korban, teknik-teknik membawa korban disampaikan dengan dikombinasikan praktek untuk setiap materi. Penggemblengan fisik berupa latihan lari-renang-lari menjadi menu utama dalam training ini karena tuntutan untuk dapat melakukan penyelamatan korban dan menjaga keselamatan diri sendiri serta tim. Dari evaluasi oleh instruktur baik melalui test teori maupun praktek memperlihatkan meningkatnya kemampuan peserta training dan semua peserta dapat dinyatakan lulus.
Pada acara penutupan, dilakukan evaluasi serta pemberian penghargaan kepada 3 (tiga) terbaik peserta yaitu Sdr. Dadang Iskandar dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai terbaik I, Adrianus Apen dari Daops Singkawang, BKSDA Kalimantan Barat sebagai terbaik II, dan Victorio Monte Carlo dari Daops OKI, BKSDA Sumatera Selatan sebagai terbaik III. Dalam kesempatan tersebut, dikukuhkan Komandan Tim untuk juga Tim Rescue Kementerian Kehutanan dengan menunjuk Sdr. Deni Rohendi anggota SPORC Brigade Elang, BKSDA DKI Jakarta dan Dadang Iskandar dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai wakil Komandan Tim. Nantinya, pada saat terjadi insiden bencana, dengan dikoordinir oleh Direktorat PKH dan berkoordinasi dengan BADAN SAR NASIONAL, tim dapat bergerak ke lokasi bencana dan melakukan operasi penyelamatan.
Manggala Agni, tiada hari tanpa berlatih...
“Salam Pongi” (FK).